Namaku Doni (27), aku mempunyai seorang istri bernama vina (25). Aku
sudah 5 tahun menikah dengan vina namun belum mempunyai anak. Itu semua
karena aku memang belum siap memiliki anak. Dan karena sebuah pengalaman
yang begitu rumit. Vina adalah seorang istri yang sempurna menurut
saya. Namun sangat hina menurut ibu dan bahkan mertua saya sendiri.
Walau begitu cintaku padanya tidak akan pernah hilang. Seperti sinar mentari yang tak henti-hentinya menyinari bumi sampai hari akhir kelak akan datang.
Saat itu aku berusia 12 tahun, dan disaat itulah aku merasa semua
telah hilang. Laksana rumah tua, yang dahulu indah menjadi buruk dan
lapuk. Disaat itu seorang lelaki yang saya hormati dan banggakan pergi
menghianati seorang wanita yang sangat saya cintai dan saya kagumi.
Setelah kejadian itu saya buta akan dunia saya terjerumus ke dunia
gelap. Kerjaan saya hannya mabuk-mabukan, j*di, berkelahi, dan nark*ba.
Ketika itu saya benar-benar buta. Namun cinta seorang ibu yang tabah
walau, dia sendirian namun masih sanggup menghidupi dan menyekolahkan
aku. Saat itu aku bertanya-tanya apa yang membuat seorang ibu tetap
mencintai anaknya yang nakal, hina, dan yang pasti hanya menyusahkan.
Ketika disuruh sholat saya kabur, disuruh beres-beres saya pura-pura
tidur, di suruh sekolah saya bolos,
dll. Namun kenapa cintanya tidak pernah berkurang sedikitpun. Aku
sangat bingung dan akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya.
“Bu, lagi apa?”, tanya ku.
“Ibu lagi nyuci nak, ada apa?”,kata Ibu.
“Boleh gak saya bertanya pada Ibu?”, aku bertanya lagi.
“Boleh, memang kenapa nak?”,ibu berkata sambil terheran-heran.
“Apa yang membuat ibu sayang
sama aku yang sudah menyusahkan ibu, yang sering buat ibu menangis, dan
yang paling jahat sama Ibu?” aku berkata sambil menangis.
“cinta sejati seorang ibu pada
anaknya tak akan pernah padam walau seluruh hambatan dan rintangan
melanda” Ibu berkata sambil tersenyum haru.
“Maafkan aku Bu, aku sudah buta aku sudah membuat Ibu sakit, ditambah
kepergian Ayah dengan wanita lain” sang anak menangis sambil memeluk
sang Ibu.
“Tak perlu kamu minta maaf, itu semua karena ibu. Ibu tak sanggup
mengajarimu sendiri, kamu tidak salah karena tak ada yang bisa
mengajarimu menjadi individu yang baik.” Ibu menjawab.
“Mulai saat ini aku akan berubah Bu, aku janji akan membuat ibu bahagia.” Jawab sang anak.
“ya sudaah sana makan dan berangkat sekolah.” Jawab sang Ibu
“Baik bu” jawab sang anak sambil pergi ke meja makan.
Saat itu aku hannya bisa memikirkan janjiku dan aku ingin melupakan
kejadian-kejadian yang telah berlalu. Lambat laun aku berusaha dari nol,
aku belajar, belajar dan belajar. Sabil berdoa. aku berusaha. Akhirnya
usahaku membuahkan hasil aku diterima di Universitas terbaik di indonesia dan mendapat beasiswa. Setelah lulus kuliah aku diterima di perusahaan ternama dan menjadi orang kaya. Aku membuat banyak panti asuhan, panti jompo, musholah, masjid, dll. Janji ku kepada ibu sudah terpenuhi.
Dan tak lama kemudian Ibu
bertemu dengan sahabatnya dulu dan berniat menjodohkan aku dengan
anaknya sahabat ibu. Aku setuju-setuju aja asal ibu bahagia. Tak lama
kemudian aku menikah dengan vina (anak sahabat ibu) namun sepertinya
vina tidak bahagia. Dan aku mulai berfikir jika vina adalah ibuku dan
aku berfikir tentang ayahku, aku tidak mau menjadi lelaki yang jahat.
Dan akhirnya aku berjanji untuk membahagiakannya di dalam hati. Hari itu
setelah acara pernikahan, kami berdua masuk ke kamar pengantin. Namun,
aku tidak berani memandangnya, aku tau dia tidak ingin menikah denganku.
Akhirnya aku berkata memecah suasana.
“Vina maafin aku, Ibuku, dan Ibumu ya, aku tau kamu tidak ingin dijodohkan denganku.” Aku berkata.
“Iya memang aku kesal dengan pernikahan ini.” Seperti marah.
“Ya sudah begini saja kau boleh pacaran dengan lelaki lain, namun tolong
jika ada keluarga kita, kita tetap berdua. Ya sudah ini sudah malam
kamu tidur di kasur biar aku tidur di bawah saja.” Aku berkata.
“Ya sudah aku tidur, makasih ya kamu sudah mau ngertiin aku.” Jawabnya.
“iya sama-sama.” Jawab ku.
Ke esokan harinya aku membuat sebuah makanan dan minuman untuk vina dan bertanya.
“Ehhh… Vina kamu udah bangun. Ini aku buatkan sarapan untuk kamu,
dimakan ya, kalau kamu mau pergi tinggal panggil supir atau kamu boleh
bawa mobil ku. Aku berangkat kerja dulu.” Kata ku
“Iya makasih Don, Hati-hati di jalan.” Jawabnya
Sesampainya di kantor aku berfikir tentang keluarga ku dan berjanji
akan mencintai vina selamanya. Tak lama kemudian aku sudah mulai akrab
dengan Vina namun tetap saja aku tidak berani menyentuhnya. Bahkan aku
belum pernah sekalipun menyentuhnya kecuali di pernikahan. aku mulai
menyelidiki Vina ternyata dia punya seorang pacar yang ia sembunyikan.
Aku sangat sakit saat itu namun apa daya. Itu semua demi kebahagiaan
Vina.
Tak lama kemudian Vina jatuh sakit, dia demam namun dia tidak mau
dibawa ke dokter dan hanya dirawat di rumah. Karena aku tidak berani
menyentuhnya aku menyuruh pembantu untuk memeriksa suhu tubuhnya. Aku
jaga dia selama 2 minggu aku tidak kerja aku hanya menjaganya karena aku
mencintainya. Akhirnya dia sembuh dan kembali seperti semula.
Tak lama kemudian kepala ku mulai terasa sakit dan aku periksa ke
dokter ternyata umur ku tinggal 1 bulan lagi. Karena aku terkena kanker otak. Aku jatuh mendengarnya. Aku rahasiakan itu semua dari keluarga dan Vina.
Beberapa hari kemudian ketika aku pulang ke rumah. Rumah ku terlihat
sangat ramai dan ternyata setelah masuk seluruh keluargaku datang dan
mereka memergoki Vina dan pacarnya sedang berset*buh. Vina dan pacarnya
dibawa keluar dan di marahi oleh ibuku dan kedua orangtuanya. Aku pun
sigap melindungi Vina dari pukulan-pukulan yang dilayangkan oleh kedua
orangtuanya sendiri.
“Kenapa kamu melindungi dia Doni?” Ibu Vina bertanya.
“Cinta sejati bu” Aku menjawab
“Tapi dia telah menghianatimu” Bapak Vina berkata.
“Aku menjawab tak apa aku sudah tau sejak lama” Jawabku
“Lalu kenapa kau tidak memarahinya?” Tanya Ibuku
“Begini Bu, sebenernya aku sudah tau sejak lama, namun aku tidak mau
merusak hubungan mereka. Aku kasian kepada Vina karena telah di paksa
menikah dengan ku. Memang aku sangat mencintai Vina namun. Aku juga
berterimakasih kepada pacarnya, karena dia telah membuat Vina bahagia,
tersenyum, dll. Sedang kan jika
dengan aku berbanding terbalik. Aku tidak mampu melihat Vina bersedih
hati dan aku tidak mampu membahagiakan dia.” Aku menjelaskan.
“Lalu bagaimana tentang perasaan mu?” tanya Ibuku.
“hahahahaha… tidak apa Bu. Walau sakit rasanya tapi jika melihat
senyumnya yang manis menurutku itu sepadan dengan harga yang harus aku
bayar. Sudah karena semua sudah ngumpul bagaimana kalau Bapak dan Ibu
menginap disini” Jawab ku.
“ibu tak tau apa yang ada dipikiran mu bisa sampai segitunya mencintai
anak Ibu yang pendusta ini, maafkan anak Ibu ya nak. Ya sudah kami
nginap disini” Jawab Ibu Vina
Keesokkan paginya. Aku berpamitan namun belum sempat aku membuka
pintu kepalaku sangat sakit sampai aku jatuh, namun aku berusaha untuk
bangkit dibantu Ibu mertuaku. Dan semua berkumpul di dekatku.
“Don kenapa kamu?” Tanya Ibu mertuaku
“Tidak apa-apa bu.” Jawab ku
“Kamu sakit kok muka kamu pucat sekali.” Tanya Ibu mertuaku lagi
“Benar tidak apa-apa” Jawab ku
“jangan bohong pada ibu katakan yang sejujur-jujurnya” kata Ibuku
“ya sudah, aku sedang buru-buru bu kalau ibu mau tau ada apa sebenarnya
ibu tinggal pergi ke tempat kerjaku, disana ada meja di atasnya ada
amplop dan buku diaryku ibu buka saja amplopnya tapi jangan buka buku
diarynya. Assalamualaikum…” jawabku dan berangkat sambil bersalaman.
“Walaikumsalam” semua menjawab.
Dengan rasa penuh penasaran semua orang berlari-lari menuju meja
kerjaku dan membuka amplopnya dan alangkah terkejutnya mereka semua
melihat penyakit yang kuderita semua menangis karena terkaget-kaget. Dan
tak lama kemudian mereka penasaran dengan buku diaryku dan membukanya
bersama-sama. Alangkah terkejutnya mereka membaca diaryku.
Dear Diary hari ini Vina sakit tak sanggup rasanya melihat dia
terbaring lemah tak berdaya apa itu semua kesalahan ku. Aku tidak bisa
menjaganya memang aku adalah lelaki yang bodoh aku tak pantas jadi
laki-laki
Dear Diary aku sangat takut dengan penyakitku aku tidak tau harus
bagaimana lagi aku belum siap untuk pergi meninggalkan mereka semua,
khususnya Vina Cinta sejatiku. Aku tidak tau apa yang membuat aku tidak
siap semua yang kusuka aku punya hartaku banyak, aku sering beribadah,
namun masih ada yang mengganjal di hatiku. dan setelah kupikir-pikir aku
tau yang aku inginkan hanya satu kata yakni suamiku dari Vina namun
sepertinya itu tak akan mungkin terjadi.
Dear Diary hari ini Vina kepergok dan dimarahi oleh semuanya aku
merasa kasian kepadanya, aku tidak ingin dia di marahi mungkin ini semua
karena kesalahku. Aku tak dapat menjadi suami yang baik untuknya jadi
dia mencari lelaki lain. Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri namun
aku tak dapat berbuat apa-apa.
Setelah malam menjelang seperti biasa aku pulang jam 8 malam.
Alangkah terkejutnya aku saat membuka pintu bahkan aku tak sempat
mengucapkan salam Vina langsung memelukku dengan erat.
“Maafkan aku suamiku” Vina berkata
“Maaf? Maaf kenapa?” Aku menjawab
“aku telah menjadi istri yang hina” jawabnya
“hehehheee… kamu ini suka melawak, kamu itu sempurna. Tak punya
kesalahan, semua kesalahan mu itu karena aku yang tak bisa membahagiakan
mu. Kok jadi aneh sifat kalian, Jangan-jangan kalian membuka diaryku?”
Aku berkata
“iya kita semua membukanya.” Ibuku berkata
“aduh kan sudah aku bilang jangan dibuka.” Jawabku agak kesal namun dengan wajah tersenyum
“Suamiku sudah berapa lama kamu mengidap penyakit ini?” tanyanya.
“Tidak tau 1 atau 2 minggu yang lalu aku cek.” Jawabku
“lalu apa hasilnya?” tanya istriku kembali
“yaaa… aku terkena kanker otak stadium akhir aku harus di rawat katanya
tapi aku gak mau, aku ingin disini aku ingin melihat mu setiap hari,
karena waktuku tinggal sedikit.” Jawabku
“maksudnya” semua bertanya.
“begini kata dokter umurku kurang dari 1 bulan dan ini sudah 2 minggu
berarti waktuku di dunia mungkin kurang dari 2 minggu.” Jawabku
“apa? Kenapa kamu tidak memberi tahu kami?” semua kaget dan menagis.
Aku elap air mata yang mengalir di kedua pipi manis istriku.
“jangan bersedih, aku tidak bisa karena aku tidak bisa memaafkan diriku
sendiri jika jatuh setetes air mata dari istriku tercinta, aku tidak mau
itu terjadi jadi aku minta kalian jangan menangis.” Jawabku
“Ya sudah sekarang kita makan malam, sebelum dingin makanan di meja” istriku berkata sambil mencoba untuk tersenyum.
“nah gitu dong, itu alasan aku tetap mencintaimu karena senyum manis itu, ayo kita makan” kata ku
Semua pergi ke meja makan dan istriku memaksa untuk menyuapiku, dengan
mesra dia menyuapiku dan penuh senyum saat itulah aku merasa hidup itu
indah.
Keesokan harinya ketika mau berangkat kerja.
“suamiku apa kamu harus kerja hari ini?” tanya istriku
“iya sayang aku harus mengurus beberapa pekerjaan dan pembagian warisan untuk siap-siap” jawab ku
“tapi aku ingin bersamamu” kata istriku
“ya sudah bagaimana kalau kamu ikut kerja denganku? Nanti kita jalan-jalan” jawab ku
“iya aku mau ikut” jawab istriku
“ya sudah ayo kita berangkat” ajak ku
Setelah Vina siap-siap Vina pun pergi dengan Doni ke perusahaan
tempat Doni kerja. di perusahaan para karyawan terheran-heran siapakah
wanita yang bersama bos Doni. Akhirnya Vina pun dikenalkan dengan para
karyawan kantor yang kebanyakan adalah wanita cantik.
“Semua perkenalkan ini Istri saya namanya Vina” Kata saya memperkenalkan istri saya.
“Ow, istri bapak kok saya tidak pernah tau.” Kata Bela salah satu karyawan.
“Iya pak kok saya juga tidak pernah tau.” Kata Melia karyawan yang lain.
“Iya, saya sudah menikah dari dulu tapi saya baru sempat bawa istri saya kesini” Kata saya.
“Iya saya baru bisa kesini sekarang.” Kata Vina.
“Ya sudah sana kembali kerja.” Kata saya
“Baik pak” kata Bela dan Melia
Sesampainya di ruang kerja Vina menannyakan sesuatu kepada saya.
“Suamiku kenapa kamu tidak memilih mereka saja untuk hidup dengan mu, aku tak pantas untukmu maafkan aku”. Kata istriku.
“Aku hanya cinta kepadamu, lagipula aku sudah menikah denganmu, yang ada
di hatiku hanya kamu seorang tak ada yang lain di hatiku.” Jawab ku
“tapi kan kalau dengan ku kamu tak bahagia, aku jahat sekali sama kamu, maafin aku” kata istriku sambil menangis.
“Sudah-sudah kok kamu malah nangis sih? Kamu tidak dengar tadi aku hanya
cinta kepada mu, aku tak mungkin menduakan kamu, aku tidak mau menjadi
seperti ayah ku, lagi pula aku terlanjur cinta sama kamu, sudah jangan
menangis mukanya kayak kodok tuh” kataku sambil mengusap airmatanya.
“ihihih… kamu bisa-bisanya mengejekku, sebel.” Kata istriku sambil tersenyum centil
“nah.. gitu dong senyum jadi kaya bidadari yang jatuh dari langit, ya
sudah aku mau mulai kerja, kamu boleh keliling atau mau jajan terserah
aku cepet kok kerjanya” kataku
“tidak ah, aku mau disini aja sama kamu” jawab istriku.
“ya sudah tuk ada makanan ada tv santai aja dulu nanti kita jalan-jalan” kataku.
“ya sudah baik I LOVE YOU” jawab istriku
“Aaa…pa? oh iya iya I LOVE YOU TOO” jawabku tergagap-gagap karena baru mendengar dia berkata I LOVE YOU senang sekali rasanya
Hari pun berlalu aku jalan-jalan main seru-seruan bareng istriku
bahagia sekali rasanya dan sepertinya tak ada rasa mengganjal lagi di
hati, sampai suatu ketika setelah beberapa hari berlalu penyakitku
kambuh, semua keluargaku panik dan membawaku ke rumah sakit.
Aku dirawat dan di temani banyak teman keluarga dan lain-lain istriku
tak henti-hentinya menangis dan menemaniku, menungguku melewati koma.
Tak lama kemudian aku berhasil melewati koma dan aku melihat istriku
yang mulai membengkak kelopak matanya karna terus menerus menangis.
“Istriku kenapa kamu menangis?” kataku
“Akhirnya kamu siuman terimakasih ya Allah.” Katanya sambil memelukku
“sudah jangan menangis kamu” Kataku.
“Iya jawab istriku” tak melepaskan pelukannya
“kamu harus janji kamu tidak boleh menangis apapun yang terjadi nantinya.” Kataku
“iya suamiku aku janji aku gak bakal nangis lagi, aku sayang kamu” kata istriku.
“Aku tidak lama istriku waktuku hanya untuk berpamitan, maafkan aku ya,
inget janji kamu, setelah ini kamu boleh mencari laki-laki lain yang
kamu cintai” kataku
Mendengarnya istri dan keluargaku menangis.
“hey inget janji kamu, jangan menangis aku tidak suka melihatnya” kataku
“i..ya maafkan aku” kata istriku sambil menahan nangis.
“Ibu (vina) dan papak jaga vina ya, bu (ibuku) jagain dia ya maafin
semua kesalahannya. Aku juga minta maaf semuanya, aku tak bisa
memberikan kalian cucu, aku telah mengcewakan kalian, tapi mungkin nanti
akan ada laki-laki yang lain yang akan memberi kalian cucu, jaga dia ya
semuanya jangan sampai dia menangis, aku akan sangat marah jika dia
menangis.” Kataku
Semua diam istiku memelukku semakin erat menahan rasa sedihnya yang teramat sangat.
“aku tidak akan pergi jauh jika kalian kangen kalian hanya perlu melihat
jauh ke dalam hati kalian aku akan ada di sana selamanya, doakan aku
ya. Ingat janji mu vina sambil tersenyum dan menahan sakit, kalian tidak
punya salah sedikitpun kepadaku jadi kalian tak usah khawatir,
lailahailawlah muhamadarasulullah”
Aku pun pergi Vina tak menangis karena dia janji, semua yang terjadi
setelahnya selalu bahagia, Vina menikah lagi dengan lelaki yang baik,
ibuku dan ibu Vina tinggal serumah jadi dia tidak kesepian. Semuanya
menjadi indah seperti yang ku inginkan aku hanya bisa tersenyum
melihatnya dari surga.
Lelaki Sejati
07.13 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar