Diberdayakan oleh Blogger.

Cara Terbaik

Mungkin ini adalah cara terbaik tuk melupakanmu, melupakan semua apa yang pernah kita lakukan, melupakan apa yang pernah kita jalin, melupakan segala tetang dirimu tuk selamanya. Mungkin cara ini salah, tapi hanya inilah cara yang terbaik untuk melupakanmu. Mungkin orang-orang akan mengangapku gila, mereka akan mengagap aku bodoh, mengagap aku telah kehilangan akal sehat, mengangap aku aneh, mereka pasti akan menertawakanku dan berfikir sinis terhadap caraku ini. Tapi semua agapan mereka tak akan pernah ku dengar, biarlah mereka berkata apa tetangku nanti, semuanya sudah tak ada artinya bagiku, toh aku juga sudah tak bisa mendengar apa yang mereka katakan nantinya. Mungkin kau juga akan berfikir sama dengan meraka, mengagapku ini itu dan lain sebagainya.
Sudah ku coba segala cara tuk melupakanmu, segala obat-obatan dan minuman telah ku coba tuk melupakanmu, namun mereka hanya bersifat sementara. Ketika aku tersadar dan terbangun bayang-bayangmu kembali datang menghantui ku lagi. Air mataku pun juga tak mampu meneteskan rasa pedih ini keluar bersamanya. Bukanya aku berputus asa, tapi ini adalah cara satu-satunya, agar aku bisa melupakanmu seutuhnya. Hanya inilah cara yang terindah untuk menujukan betapa dalamnya rasa cintaku padamu. Mungkin ini cara yang akan membawaku ke alam kedamaian, dimana disana tiada rasa perih dan pedih seperti yang kurasakan kini, dimana yang ada hanya kedamaian, dimana disana aku dapat melupakanmu.
Aku masih ingat apa yang pernah kita lakukan dulu, aku masih ingat kata-kata manismu, Aku masih ingat dangan semua janji-janji yang pernah kita ikrarkan dulu. Aku masih ingat ketika ku ploklamirkan rasa cintaku padamu. Dulu kau berkata “Aku tercipta di dunia hanya untuk menemanimu”. Dulu kita berjanji sehidup semati, dulu kita berjanji tak akan bisa hidup jika tak bersama. Tapi kini ternyata kau meningalkanku sendiri seolah-olah kau telah lupa dengan kata-katamu dan janji-janji kita dulu. Kau meningalkanku bersama seribu luka, kau meningalkanku bersama kepedihan dan keperihan, kau meningalkanku bersama sepi, meningalkanku dalam keterpurukan dan depresi yang begitu dalam.
“Aku ingin putus”. ucapmu dengan nada datar dan begitu entengnya padaku seakan cintamu padaku sudah tak ada lagi. Lalu kau pergi meningalkanku begitu saja tanpa pernah kau mengatakan sepatah kata pun padaku. Kau meningalkanku tanpa alasan, tanpa aku pernah mengerti apa salahku mengapa kau meningalkanku. Kau hanya pergi begitu saja. Tanpa ada kata perpisahan kau meningalkanku sendiri di dinginnya musim kemarau.
Akhirnya aku mengerti mengapa kau meninggalkanku, akhirnya aku mengerti mengapa kau pergi. Ternyata apa yang ku fikirkan benar, kau telah menemukan laki-laki lain. Suatu malam ku coba mengikutimu, kau ke luar dari rumahmu dengan mengenakan baju merah yang tampak sangat pas kau kenakan, tak lama datang seorang laki-laki datang ke rumahmu dangan membawa mobil. Laki-laki itu kelur dari mobilnya dan langsung menghapirimu dan memelukmu, kau dan laki-laki kemudian masuk ke dalam mobil dan segera beranjak pergi meningalkan rumahmu. Aku terus mengikutimu ternyata kau pergi menuju restoran yang sering kita kunjungi dulu, kulihat kau bercanda mesra dengan laki-laki itu yang seakan-akan merobek-robek hatiku. Mungkin lebih baik aku memakan bara api dari pada harus melihatmu bermesraan dengan lelaki lain.
Mungkin bau busuk tubuhku yang akan membawa kabar kematianku pada tetangga kanan kiriku. Mungkin kau akan mendengarkan kabar kematianku dalam berita kriminal di Tv atau kau akan mengerti kabar kematianku lewat koran yang dijual di lampu merah. Aku tak mengharapkan tangisanmu saat kau mendengar kabar kematianku, aku tak mengharap kau datang melayat saat pemakamanku nanti, aku tak berharap kau memohon untuk meminta maaf pada jasadku nanti. Atau bahkan kau sudah tak peduli lagi denganku. Aku tak mengharapkan itu semua darimu, aku hanya ingin melaksanakan janjiku dulu padamu, aku hanya ingin menepati janjiku dulu padamu, bahwa aku akan mati jika tak bersamamu, bahwa aku tak akan bisa hidup tanpamu. Bahwa aku lebih baik mati dari pada hidup tanpa cintamu.
Biarlah pisau dapur ini yang akan mengakhiri hidupku di dunia ini. Yang akan membawaku ke alam kedamaian, dimana disana tiada rasa perih dan pedih seperti yang kurasakan kini, dimana yang ada hanya kedamaian. Biarlah ku iris pembulu darah dan urat nadi di tanganku ini. Biarlah ku gores urat nadi ini dengan pisau dapur yang agak tumpul ini. Agar aku bisa cepat melupakanmu, melupakan semua apa yang pernah kita lakukan, melupakan apa yang pernah kita jalin, melupakan segala tetang dirimu tuk selamanya. Biarlah orang mengagapku hina, aneh, sinting, dan lain sebagainya. Aku tak akan peduli kata-kata mereka. Biar mereka berkata dan berfikir apa padaku. Aku mengerti mengapa mereka berfikir begitu, karena mereka memeng tak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Mungkin mereka juga akan melakukan cara yang sama jika meraka merasakan apa yang ku rasakan kini. Dan kini aku sedang menuju alam kedamaian. Alam dimana tiada rasa sakit, tiada rasa perih dan pedih, alam dimana tiada kebencian, alam dimana tiada rasa sedih dan duka, alam dimana aku bisa melupakanmu, alam dimana yang ada hanya kedamaian.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar