Mungkin ini
adalah cara terbaik tuk melupakanmu, melupakan semua apa yang pernah
kita lakukan, melupakan apa yang pernah kita jalin, melupakan segala
tetang dirimu tuk selamanya. Mungkin cara ini salah, tapi hanya inilah
cara yang terbaik untuk melupakanmu. Mungkin orang-orang akan
mengangapku gila,
mereka akan mengagap aku bodoh, mengagap aku telah kehilangan akal
sehat, mengangap aku aneh, mereka pasti akan menertawakanku dan berfikir
sinis terhadap caraku ini. Tapi semua agapan mereka tak akan pernah ku
dengar, biarlah mereka berkata apa tetangku nanti, semuanya sudah tak
ada artinya bagiku, toh aku juga sudah tak bisa mendengar apa yang
mereka katakan nantinya. Mungkin kau juga akan berfikir sama dengan
meraka, mengagapku ini itu dan lain sebagainya.
Sudah ku coba
segala cara tuk melupakanmu, segala obat-obatan dan minuman telah ku
coba tuk melupakanmu, namun mereka hanya bersifat sementara. Ketika aku
tersadar dan terbangun bayang-bayangmu kembali datang menghantui ku
lagi. Air
mataku pun juga tak mampu meneteskan rasa pedih ini keluar bersamanya.
Bukanya aku berputus asa, tapi ini adalah cara satu-satunya, agar aku
bisa melupakanmu seutuhnya. Hanya inilah cara yang terindah untuk
menujukan betapa dalamnya rasa cintaku padamu. Mungkin ini cara yang
akan membawaku ke alam kedamaian, dimana disana tiada rasa perih dan
pedih seperti yang kurasakan kini, dimana yang ada hanya kedamaian,
dimana disana aku dapat melupakanmu.
Aku masih ingat apa yang pernah
kita lakukan dulu, aku masih ingat kata-kata manismu, Aku masih ingat
dangan semua janji-janji yang pernah kita ikrarkan dulu. Aku masih ingat
ketika ku ploklamirkan rasa cintaku padamu. Dulu kau berkata “Aku
tercipta di dunia hanya untuk menemanimu”. Dulu kita berjanji sehidup
semati, dulu kita berjanji tak akan bisa hidup jika tak bersama. Tapi
kini ternyata kau meningalkanku sendiri seolah-olah kau telah lupa
dengan kata-katamu dan janji-janji kita dulu. Kau meningalkanku bersama
seribu luka, kau meningalkanku bersama kepedihan dan keperihan, kau
meningalkanku bersama sepi, meningalkanku dalam keterpurukan dan depresi
yang begitu dalam.
“Aku ingin putus”. ucapmu dengan nada datar
dan begitu entengnya padaku seakan cintamu padaku sudah tak ada lagi.
Lalu kau pergi meningalkanku begitu saja tanpa pernah kau mengatakan
sepatah kata pun padaku. Kau meningalkanku tanpa alasan, tanpa aku
pernah mengerti apa salahku mengapa kau meningalkanku. Kau hanya pergi
begitu saja. Tanpa ada kata perpisahan kau meningalkanku sendiri di
dinginnya musim kemarau.
Akhirnya aku mengerti mengapa kau
meninggalkanku, akhirnya aku mengerti mengapa kau pergi. Ternyata apa
yang ku fikirkan benar, kau telah menemukan laki-laki lain. Suatu malam
ku coba mengikutimu, kau ke luar dari rumahmu dengan mengenakan baju merah yang tampak sangat pas kau kenakan, tak lama datang seorang laki-laki datang ke rumahmu dangan membawa mobil.
Laki-laki itu kelur dari mobilnya dan langsung menghapirimu dan
memelukmu, kau dan laki-laki kemudian masuk ke dalam mobil dan segera
beranjak pergi meningalkan rumahmu. Aku terus mengikutimu ternyata kau
pergi menuju restoran yang sering kita kunjungi dulu, kulihat kau
bercanda mesra dengan laki-laki itu yang seakan-akan merobek-robek
hatiku. Mungkin lebih baik aku memakan bara api dari pada harus
melihatmu bermesraan dengan lelaki lain.
Mungkin bau busuk tubuhku yang
akan membawa kabar kematianku pada tetangga kanan kiriku. Mungkin kau
akan mendengarkan kabar kematianku dalam berita kriminal di Tv atau kau
akan mengerti kabar kematianku lewat koran yang dijual di lampu merah.
Aku tak mengharapkan tangisanmu saat kau mendengar kabar kematianku, aku
tak mengharap kau datang melayat saat pemakamanku nanti, aku tak
berharap kau memohon untuk meminta maaf pada jasadku nanti. Atau bahkan
kau sudah tak peduli lagi denganku. Aku tak mengharapkan itu semua
darimu, aku hanya ingin melaksanakan janjiku dulu padamu, aku hanya
ingin menepati janjiku dulu padamu, bahwa aku akan mati jika tak
bersamamu, bahwa aku tak akan bisa hidup tanpamu. Bahwa aku lebih baik
mati dari pada hidup tanpa cintamu.
Biarlah pisau dapur ini yang akan
mengakhiri hidupku di dunia ini. Yang akan membawaku ke alam kedamaian,
dimana disana tiada rasa perih dan pedih seperti yang kurasakan kini,
dimana yang ada hanya kedamaian. Biarlah ku iris
pembulu darah dan urat nadi di tanganku ini. Biarlah ku gores urat nadi
ini dengan pisau dapur yang agak tumpul ini. Agar aku bisa cepat
melupakanmu, melupakan semua apa yang pernah kita lakukan, melupakan apa
yang pernah kita jalin, melupakan segala tetang dirimu tuk selamanya.
Biarlah orang mengagapku hina, aneh, sinting, dan lain sebagainya. Aku
tak akan peduli kata-kata mereka. Biar mereka berkata dan berfikir apa
padaku. Aku mengerti mengapa mereka berfikir begitu, karena mereka
memeng tak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Mungkin mereka juga
akan melakukan cara yang sama jika meraka merasakan apa yang ku rasakan
kini. Dan kini aku sedang menuju alam kedamaian. Alam dimana tiada rasa
sakit, tiada rasa perih dan pedih, alam dimana tiada kebencian, alam
dimana tiada rasa sedih dan duka, alam dimana aku bisa melupakanmu, alam
dimana yang ada hanya kedamaian.
Cara Terbaik
06.13 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar