Diberdayakan oleh Blogger.

Dimana Letak Hatimu

Brugkk..!
Kujatuhkan diriku di tempat tidur, diikuti dengan air mata yang dari tadi tidak mau berhenti.
Galau rasanya kalau cuma dikasih harapan palsu sama orang yang kita sayang.
PHP itu lah kata anak zaman sekarang.
“Sary, jalan yuk!” kata Liny menggodaku.
Ya, Liny adalah sahabatku. Kalau lagi boring seperti ini, kami berdua menghabiskan waktu dengan mencari tempat nongkrong yang nyaman. Disana kami bakalan ngomongin apa saja. Mulai dari tentang pelajaran, cinta, bahkan sampai ngegosipin orang.
Hihihi, terkadang aku dan Liny sahabatku ngomongin apa saja sampai bego.
Hari ini kami akan pergi ke tempat biasa kami nongkrong. Letaknya tidak terlalu jauh dari rumah kami masing-masing. Di tempat itu, kami mulai membuka pembicaraan.
Tiba-tiba Handphone ku bergetar.
From: John
“Hai lagi ngapain?” Tumben banget dia sms aku, Kataku dalam hati.
“Lagi nongkrong sama temen” balasku singkat.
Balasan Sms dari John, tak kunjung masuk ke Handphone ku.
Setelah kira-kira 20 menit, Handphoneku bergetar lagi.
From: John
“Kamu mau nggak jadi pacar aku?”
Sleekk!
Tiba-tiba jantungku berdegup kencang. Tapi ku pasang saja wajah santai, agar Liny tidak mencurigaiku.
Ya Tuhan, cowok sekelasku yang terkenal paling pendiam beraninya memintaku untuk jadi pacarnya!
Lalu aku membalas sms darinya.
“Maaf ya, aku sudah punya pacar” balasku.
Sebenarnya berat hati ini untuk menolak dia.
Keesokan harinya, pelajaran Bahasa Indonesia dimulai. Tetapi Gurunya sedang ada rapat, jadi kami sekelas hanya di suruh mengerjakan soal-soal di buku. Tiba-tiba terlintas di benakku untuk memandang John yang duduk paling belakang. Aku terkejut, ketika aku mau memandang kearahnya, ternyata dari tadi dia sudah memandangiku dari jauh.
“Ya Tuhan” Kataku dalam hati.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan sekarang aku sudah duduk di kelas 9. Senang rasanya. Karena tidak lama lagi kami akan mengenakan seragam Putih abu-abu. Beberapa bulan yang lalu, aku dan pacarku sudah putus. Ya, kuputuskan dia karena dia telah menduakanku. Sekarang aku Jomblo, tetapi tidak masalah bagiku. Karena aku masih punya banyak sahabat.
Hari ini pulang sekolah dipercepat, karen Guru-guru ada jam kunjungan. Sesampai di rumah, ku cek Handphone ku.
Ternyata ada sms dari Nomor baru. Lalu aku menanyakan siapa yang mempunyai nomor baru itu. Ternyata itu adalah John. Senang sekali rasanya. Dan akhirnya kami pun semakin sering smsan, walaupun kadang di kelas dia cuek. Tapi tidak apa-lah kataku.
Semakin hari, John semakin perhatian kepadaku. Dia selalu menanyakan apa yang sedang kulakukan, hal itu membuat rasa sayang yang dulu hilang tumbuh kembali. Dan sepertinya dia juga merasakan hal yang sama, di kelas dia sering menatapku. Kubalas tatapannya yang membuat hatiku semakin deg-degan.
Hari ini ada jam olah raga. Aku memandangi John yang sedang bermain sepak bola dengan teman-teman sekelas lainnya. Tiba-tiba sahabatku Liny datang, “Untuk apa kamu mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah menjadi milik mu?”
Aku terdiam mendengar perkataan sahabatku itu. Aku tidak mengerti sma sekali, apa dia sudah tau kalau selama ini aku mengharapkan John menjadi kekasihku.
Tetapi tidak mungkin, bukankah selama ini dia tidak tau tentang hubunganku dengan John. Aku semakin penasaran, lalu ku ungkapkan niatku untuk bertanya kepada sahabatku. “Maksud kamu tadi itu apa?” tanyaku pelan.
“Kamu itu sahabatku Sary, aku nggak mau kamu terluka lagi. Cukup dengan cinta pertamamu saja kamu disakiti” katanya dengan tegas.
Aku pun semakin bingung.
Lalu dia melanjutkan perkataannya, “John itu udah punya pacar, jadi untuk apa kamu mengharapkan dia?”
Kutahan air mataku yang segera akan membasahi pipiku.
“Maksud kamu apa?”
Tetap kutahan air mata itu.
“John sudah pacaran dengan kakak kelas kita, yaitu Ira
“Ira?” tanyaku dengan bibir bergetar.
“Ia Sari, Ira kakak kelas kita yang juga sedikit dekat dengan kita” kata Liny memperjelas.
Aku langsung berlari ke kelas. Di kelas, kutundukkan kepalaku, kutahan air mata ini. Rasanya aku tidak mempunyai semangat hidup lagi.
Sampai di rumah aku langsung masuk kamar dan menguncinya. Kujatuhkan tubuhku ke tempat tidur dan menangis sepuasnya.
Semenjak itu semua kenangan tentang John, sudah mulai kulupakan. Walaupun sebenarnya sulit, karena setiap hari harus melihatnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar