Diberdayakan oleh Blogger.

Hari Ulang Tahun Pernikahan Maria

Pagi baru juga datang, sementara matahari masih enggan naik, namun Maria sudah bersiul-siul ringan dalam kamar mandi. Bukan karena pagi yang terlambat datang, hanya saja Maria yang terlalu bahagia. Hari ini ulang tahun pernikahannya dengan Mas Surya.
Ia ingin membuat kejutan untuk suami tercintanya itu. Ia berniat membuat masakan kesukaan suaminya, sate tuna dan rendang. Itu sebabnya ia bangun lebih pagi hari ini. Ia harus ke pasar untuk berbelanja bahan-bahan masak.
“Mau kemana, Bu?” tanya mbak Asih dengan ekspresi yang sulit ditebak.
“mau ke pasar, mbak. saya mau masak hari ini.” kata Maria sambil tersenyum.
“Biar saya saja bu yang ke pasar. Memangnya ibu mau masak apa?”. Masih dengan ekspresi yang sama.
“Gak usah mbak. saya saja. hari ini ulang tahun pernikahan saya. Lagi pula hari ini bukannya hari ini mbak Asih harus ke rumah sakit?”. Senyum Maria belum habis disunggingnya.
“iya bu. senang melihat ibu sudah baikan”, kata mbak Asih dengan ekspresi antara senang dan sedih sambil berlalu.
Maria agak bingung dengan ucapan mbak Asih itu. baikan? memangnya dia sakit apa? belum sempat ia bertanya, punggung mbak Asih sudah menghilang di balik dinding dapur. Maria mengangkat kedua bahunya, ya sudah pikirnya. ia pun segera berlalu juga.
Tiga jam kemudian Maria sudah asik bergelut di dapur dengan bahan-bahan yang dibelinya tadi di pasar. Mbak Asih nampaknya sudah pergi ke rumah sakit. Baguslah, pikir Maria. Ia hanya ingin berdua saja dengan suaminya di rumah malam ini.
Kenangan bersama Mas Surya sekelebat muncul di pikirannya. Ia menahannya perlahan, supaya bisa menikmati detil demi detil kenangan-kenangan indah itu. Potongan-potongan kenangan itu muncul satu persatu, berurutan. Semuanya ada disana. Maria tersenyum.
Disana ada scene dimana ia pertama kali berkenalan dengan Mas Surya. Pada suatu senja yang mendung dengan gerimis serupa air mata jatuh perlahan, di sebuah benteng sisa penjajah. Ia sedang asik menikmati bangunan-bangunan tua itu tatkala sadar seorang pria memperhatikannya sejak tadi. Ia menoleh, dan mata bertemu mata.
Tiba-tiba bayangan masa depannya hadir bagai album foto yang sudah lama tak dibukanya. Anehnya disana ada wajah pria itu. Saat itu juga ia percaya kalau Cupid telah menancapkan panahnya tepat sasaran hari itu. Dan seperti cerita-cerita roman yang pernah dibacanya, kisah cintanya mengalir mulus sampai hari ini. happy ever after.
Maria tersadar. Ia melihat ke arah jam dinding. “oh, waktuku semakin sedikit” ia mengeluh sendiri. Ia lantas bergegas menyelesaikan masakannya. Sekarang sudah pukul 14.00. Empat jam lagi suaminya pulang.
Akhirnya selesai juga masakannya. Sate tuna, rendang, cah kangkung, serta nasi uduk. Ia kembali melirik ke arah jam dinding. Pukul 16.25 sudah. Untung saja sebelum pergi tadi mbak Asih sudah membersihkan rumah, jadi ia bisa sedikit beristirahat.
Ia merebahkan diri di atas sofa empuk di depan televisi. Tangannya lalu aktif menekan-nekan remote, mencari-cari acara menarik yang sekiranya bisa membunuh waktu menunggunya. Lima menit kemudian ia mematikan benda flat bergambar itu.
“acara televisi sekarang gak ada yang bermutu.” sungut Maria.
Ia kemudian mencoba memejamkan mata. Belum lama ia terpejam, sesosok tangan membelai pipinya lembut. Maria membuka matanya, lalu mulai tersenyum.
Happy anniversary, sayang.” kata Surya sambil mengeluarkan sebuah kado dari balik jasnya.
Secepat singa yang melihat mangsanya lengah, maria melompat dan menghamburkan pelukan pada suaminya itu. Rasanya ia tak pernah sebahagia itu. Mereka lalu saling bercumbu, layaknya sepasang pengantin baru. Waktu terasa berjalan pelan, bahkan hampir berhenti.
Teng.. Tong.. Teng.. Tong..
Suara bel menarik Maria secara paksa terbangun dari mimpi indahnya.
“ah, siapa sih mengganggu saja.” omel Maria. Ia melirik jam. Sudah pukul 19.00.
“Pasti itu Mas Surya. Kasian, baru pulang jam segini.” ucapnya dalam hati sambil berjalan ke arah pintu.
Ternyata bukan suaminya di depan pintu. Melainkan ibunya. Maria cukup kaget juga, kenapa tiba-tiba ibunya mengunjunginya.
“Ayo masuk bu. Ibu sama siapa? kok tummben malam-malam begini datang?” katanya sambil berjalan masuk diikuti ibunya.
“Kamu lagi apa, nak?” tanya ibunya. sepertinya ada nada khawatir disana.
“aku lagi nungguin mas Surya bu. sepertinya ia lembur lagi. Hari ini kan hari ulang tahun pernikahanku dengan Mas Surya. Aku tadi udah masak makanan kesukaannya bu” jelas Maria bersemangat.
“Oh iya, ibu jangan dulu pulang ya. kita makan sama-sama dulu. tapi nunggu mas Surya dulu ya. Paling sebentar lagi dia pulang” sambungnya lagi. kali ini dengan senyum.
Sementara ibunya seperti menggigil. Air matanya perlahan turun. Wanita paruh baya itu menangis. pilu.
“Ada apa bu? kenapa ibu menangis?” Maria nampak khawatir sekaligus bingung.
“Sadarlah nak. Suamimu tidak akan pulang..”
“kenapa ibu bisa bilang begitu?” potong Maria cepat.
“Suamimu sudah meninggal sejak setahun lalu, nak. Sadarlah” Ibunya menangis makin jadi.
Seketika jeritan pilu Maria membelah malam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar